Jumat, 19 Oktober 2018

Bab Sholat Jumat

Bab Sholat Jumat

Terjemahan kitab Safinatun Najah
Syekh Salim Bin Samiir Al-Hadlromi
Dan Kitab Syarah kaasyifatus Saja
Syekh Abu Abdul Mu'thi Muhammad Nawawi Al-Jaawi
Berdasarkan madzhab Imam Syafi'i r.a.

Semoga memberikan manfa'at bagi kita semua,....

بسم الله الرحمن الرحيم
فصل شروط الجمعة ستة
◆ان تكون كلها فى وقت الظهر
◆وان تقام فى خطة البلد
◆وان تصلى جماعة
◆وان يكونوا اربعين إحرارا ذكورابالغين مستوطنين
◆ان ﻻتسبقهاوﻻتقارنها جمعة فى تلك البلد
◆وان يتقدمهاخطبتان

SYARAT SHALAT JUMAT
FASLUN SYURUUTHUL-JUM’ATI SITTATUN.
◆AN TAKUNA KULLAHA FI WAQTID-DZUHRI,
◆WA AN TUQOOMA FII KHITTHATIL-BALADI,
◆WA AN TUSHOLLIYA JAMA’ATAN,
◆WA AN YAKUUNU ARBA’INA IHRARAN DZUKURON BIL-GHINI MUSTAUTHINIYNA
◆AN LA TASBIQUHA WA LA TUQORINUHA JUM’ATUN FI TILKAL-BALADI,
◆WA AN YATAQODDAMAHA KHOTBATANI

Syarat sah shalat Jum’at ada enam, yaitu:
1. Khutbah dan shalat Jum’at dilaksanakan pada waktu Dzuhur.
2. Kegiatan Jum’at tersebut dilakukan dalam batas desa.
3. Dilaksanakan secara berjamaah.
4. Jamaah Jum’at minimal berjumlah empat puluh (40) laki-laki merdeka, balig dan penduduk asli daerah tersebut(menetap).
5. Tidak didahului atau dibarengi oleh jum'atan(yg lain) didalam satu wilayah/desa
6. Dilaksanakan secara tertib, yaitu dengan khutbah terlebih dahulu, disusul dengan shalat Jum’at.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Syarat shalat Jum’at ada 6 (enam).
Pertama, secara keseluruhan rukun-rukun shalat Jumat harus berada dalam waktu dzuhur. Jika ada seorang makmum mendapati hanya satu rakaat dari dua rakaat shalat Jumat sang imam, maka ia tinggal menambahi satu rakaat berikutnya, yaitu rakaat keduanya dan dianggap sebagai shalat Jum’at. Tapi jika tidak mendapatkan satu rakaat dari dua rakaatnya imam, maka ia harus menggenapi sebagaimana shalat dzuhur yaitu empat rakaat.

Kedua, shalat Jum’at dilaksanakan dalam batasan satu daerah.

Ketiga, Shalat Jum’at harus dilaksanakan secara berjamaah. Tidak sah jika shalat Jum’at dilaksanakan sendirian (munfaridl).

Keempat, jamaah yang melasanakan shalat Jumat harus minimal empat puluh orang yang merdeka, laki-laki, yang sudah aqil baligh, dan penduduk asli daerah atau wilayah setempat. Menurut madzhab as-Syafii bahwa shalat Jumat baru bisa dilaksanakan harus ada empat puluh orang. Sedangkan menurut madzhab Hanafi tidak mensyaratkan harus empat puluh, bahkan Jumatan dapat dilaksanakan oleh empat orang jamaah, yang satu menjadi imam dan yang tiga menjadi makmumnya. Imam Malik pun memperbolehkan shalat Jumat dilaksanakan oleh tiga puluh atau dua puluh jamaah.

Kelima, tidak didahului atau tidak dibarenge oleh shalat jumat yang lain dalam satu daerah.
Artinya tidak boleh mendirikan shalat Jum’ah lebih dari satu, seperti dua Jum’ah-an atau tiga atau lebih.
Namun, jika dibutuhkan melaksanakan dua atau tiga Jum’ah dalam satu daerah karena jamaah tidak dapat tertampung dalam satu masjid, maka diperbolehkan melaksanakan shalat Jumat lebih dari satu.

Keenam, shalat Jum’ah harus didahului dengan kedua khutbah. Ada perbedaan antara khutbah shalat jumat dan khutbah shalat ‘Ied. Jika khutbah shalat Jumat dilaksanakan sebelum melaksanakan shalat, sedangkan khatbah ‘Ied dilaksanakan setelah shalat.
Syekah as-Sayyid Muhammad Shalih berfatwa bahwa dimakruhkan khatib Jum’ah dari selain imam. Dengan kata lain, sebaiknya khatib dan imam Jum’ah adalah satu orang, bukan orang yang berbeda, sebab jika orang yang berbeda maka dimakruhkan meski shalat Jum’ahnya tetap sah.

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

RUKUN KHUTBAH JUM'AT

فصل اركان الجطبتين خمسة
حمدالله فيهما
والصﻻة على النبى صلى الله عليه وسلم فيهما
والوصية بالتقوى فيهما
وقراءة آية من القرآن فى احدهما
والدعاء للمؤمنين والمؤمنات فى اﻻخرة

RUKUN KHUTBAH JUMAT
FASLUN. ARKAANUL-KHUTBATAYNI KHOMSATUN.
- HAMDUL-LAHI FIHI,
- WA AS-SHOLATU ‘ALAN-NABIYYI SHALLAL-LAHU ‘ALAIHI WA SALLAM FIHIMA,
- WAL-WASHIYYATU BIT-TAQWA FIHIMA,
- WA QIROATU AYATIN MIN AL-QUR’AN FI IHDAHUMA,
- WA AD-DU’AU LIL-MU’MININA WA AL-MU’MINATI FIL-AKHIROTI.

Rukun khutbah Jum’at ada lima, yaitu:
1. Mengucapkan “الحمد لله” dalam dua khutbah tersebut.
2. Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dalam dua khutbah tersebut.
3. Berwasiat ketaqwaan kepada jamaah Jum’at dalam dua khutbah Jum’at tersebut.
4. Membaca ayat al-qur’an dalam salah satu khutbah.
5. Mendo’akan seluruh umat muslim pada akhir khutbah.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Rukun Khutbah Jum’ah.
Ada lima (5) rukun dalam melaksanakan kedua khutbah Jum’ah.
Pertama, memuji pada Allah (hamdul-Lah) dalam kedua khutbah.

Kedua, membaca shalawat pada Nabi Muhammad SAW. dalam kedua khatbah.

Ketiga, berwasiat dan memerintahkan atau menganjurkan ketakwaan yang diucapkan dalam kedua khutbah. Yang dinamakan dengan takwa adalah mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya.

Keempat, membaca minimal satu ayat dari al-Qur’an di salah satu kedua khutbah.

Kelima, membaca doa bagi umat mukmin laki-laki dan mukmin perempuan yang dikumandangkan di khutbah kedua.

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

SYARAT KHUTBAH JUM'AT

فصل شروط الخطبتين عشرة
الطهارة عن الحدثين اﻻصغر واﻻكبر
والطهارة عن النجاسة فى ثوب والبدن والمكان
وثترالعورة
والقيام على القادر
والجلوس بينهما فوق طمأنينة الصﻻة
والمواﻻة بينهما وبين الصﻻة
وان تكون باالعربية
وان يسمعهما أربعين
وان تكون كلها فى وقت الظهر

FASLUN SYURUUTHUL-KHATBATAYNI ‘ASYAROTUN.
AT-TOHAROTU ‘ANIL-HADATSAYNI AL-ASGHAR WA AL-AKBAR,
WA AT-TOHAROTU ‘ANIN-NAJASATI FI ATS-TSAUBI WA AL-BADANI WA AL-MAKANI,
WA SATRUL-‘AURATI,
WA AL-QIYAMU ‘ALAL-QODIRI,
WAL-JULUSI BAYNAHUMA FAUQO THUMA’NINATIS-SHOLATI,
WAL-MUWALATU BAYNAHUMA,
WAL-MUWALATU BAYNAHUMA WA BAYNAS-SHOLAT,
WA AN TAKUNA BIL-‘AROBIYYATI,
WA AN YASMA’UHUMA ARBA’INA,
WA AN TAKUNA KULLUHA FI WAQTHI AD-DUHRI.

Syarat sah khutbah jum’at ada sepuluh, yaitu:
1. Bersih dari hadats kecil (seperti kencing) dan besar seperti junub.
2. Pakaian, badan dan tempat bersih dari segala najis.
3. Menutup aurat.
4. Khutbah disampaikan dengan berdiri bagi yang mampu.
5. Kedua khutbah dipisahkan dengan duduk ringan seperti tuma’ninah dalam shalat ditambah beberapa detik.
6. Kedua khutbah dilaksanakan dengan berurutan (tidak diselangi dengan kegiatan yang lain, kecuali duduk).
7. Khutbah dan sholat Jum’at dilaksanakan secara berurutan.
8. Kedua khutbah disampaikan dengan bahasa Arab.
9. Khutbah Jum’at didengarkan oleh 40 laki-laki merdeka, balig serta penduduk asli daerah tersebut.
10. Khutbah Jum’at dilaksanakan dalam waktu Dzuhur.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Syarat kedua khutbah Jum’ah.
Ada sepuluh (10) syarat kedua khutbah Jum’ah.

Pertama, suci dari kedua hadats, baik hadats kecil maupun hadats besar.

Kedua, suci dari najis dalam pakean, badan, dan tempat. Artinya pakean, badan dan tempat atau bahkan semua yang menempel atau bersentuhan langsung dengan dan di pakean, badan dan tempat secara keseluruhan harus suci dari najis.

Ketiga, menutup aurat. Syarat menutup aurat khusus bagi khatib, tidak bagi para pendengarnya.

Keempat, khutbah harus dilaksanakan berdiri bagi yang mampu. Namun jika tidak mampu berdiri, maka diperbolehkan dilaksanakan sambil duduk.

Kelima, duduk di antara kedua khutbah dengan kira-kira lamanya di atas tuma’ninah shalat. Disunnahkan membaca surah al-Ikhlas pada saat duduk di antara kedua khutbah.

Keenam, muwalah (runut) di antara kedua khutbah. Tidak boleh disela-selai dengan pekerjaan yang lain.

Ketujuh, muwalah (runut di antara kedua khutbah dan shalat Jum’ah. Artinya tidak boleh disela-selai oleh diam yang terlalu lama atau dengan pekerjaan lain yang memakan waktu lama.

Kedelapan, khutbah dengan berbahasa Arab. Artinya kedua khutbah Jum’ah harus dikumandangkan dan disampaikan dengan menggunakan bahasa Arab, meskipun para jamaahnya orang non-Arab yang tidak mengerti dan tidak memahami isi kandungan khubtahnya. Namun menurut Imam as-Syarqawai yang dinukil dari Imam Barmawi mengatakan bahwa syarat khubtah harus menggunakan bahasa Arab dalam konteks para jamahnya adalah komunitas Arab yang memahami dan mengerti bahasa Arab, dan jika tidak demikian,
artinya para jamaahnya adalah non-Arab maka kedua khutbah cukup menggunakan bahasa non-Arab (‘ajam) yang sesuai dengan bahasa mereka, agar mereka memahami isi dan kandungan khutbahnya.
Kecuali ayat al-Quran yang harus dibaca sesuai dengan teks aslinya yang berbahasa Arab.

Kesembilan, kedua khutbah yang dikumandangkan sang khatib harus terdengar bagi minimal empat puluh jamaah. Dengan demikian suara sang khatib harus lantang dan keras agar dapat didengar oleh empat puluh pendengar dari para jamaah Jum’ah.

Kesepuluh, keseluruhan khutbah harus dilaksanakan dalam waktu dzuhur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar