Jumat, 19 Oktober 2018

Ab'adussholat


AB'ADUSSHALAT

فصل ابعاض الصﻻة سبعة
¤ اتشهدﻻول
¤ وقعده
¤ والصﻻة على النبى صلى الله عليه وسلم فيه
¤ والصﻻة على اﻵل فى التشهداﻻخر
¤ والقنوت
¤ وقيامه
¤ والصﻻة والسﻻم على النبى صل الله عليه وسلم واله وصحبه فيه

AB'AADUSSHALATI

FASLUN AB’AADHUSH-SHOLATI SAB’ATUN.
◆AT_TASYAHHUDUL-AWWALU
◆WA QU’UDUHU
◆WASH-SHOLATU ‘ALAN-NABIYYI SHOLALLOHU'ALAY WA SALAM FIIHI
◆WASH-SHOLATU ‘ALAL-ALI FIT_TASYAHUDIL AKHIRI
◆WA AL-QUNUUTHU
◆WA QIYAMUHU
◆WASH-SHOLATU WAS-SALAMU ‘ALAN-NABIYYI WA ALIHI WA SAHBIHI FIHI

Sunah Ab’adlnya sholat itu ada tujuh :
1. Tasyahud awal
2. Duduk tasyahud awal.
3. Membaca Shalawat kepada nabi Muhammad SAW ketika tasyahud awal.
4. Shalawat untuk keluarga nabi ketika tasyahud akhir.
5. Do’a qunut.
6. Berdiri (ketika) do’a qunut.
7. Shalawat dan Salam untuk nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat ketika do’a qunut.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah An-Najah
(Kaasyifatusajaa)

Sunah ab’adl Shalat ada tujuh (7).

Sebelum merinci satu persatu sunnah ab’adl,
terlebih dahulu kita akan menjelaskan definisi sunnah ab’adl.

Definisi sunnah ab’adl adalah rukun-rukun shalat yang sunnah dilaksanakan, dan apabila ditinggalkan dengan sebab lalai atau yang lainnya maka disunnahkan sujud sahwi sebagai ganti dari rukun yang telah ditinggalkannya tersebut.

Pertama, tasyahhud awal.

Kedua, duduk dalam tasyahhud awwal.

Ketiga, membaca shalawat Nabi dalam tasyahhud awal, maksudnya membaca shalawat Nabi setelah membaca tasyahhud awal.
Jika pada waktu melaksanakan shalat berjamaah, sang imam meninggalkan atau tidak melaksanakan tasyahhud awal, maka makmum tidak boleh melaksanakan tasyahhud, dan makmum harus mengikuti imam.

Keempat, membaca shalawat pada keluarga Nabi dalam tasyahhud akhir.

Kelima, membaca qunut dalam shalat subuh dan shalat witir di pertengahan akhir bulan Ramadhan.
Berbeda dengan qunut an-nazilah yang disunnahkan di setiap shalat.
Qunut adalah dzikir tertentu yang di dalamnya mencakup doa dan pujian pada Allah.
Dan qunut tidak ditentukan sighat-nya atau dengan kata lain rangkaian kalimatnya bebas yang penting di dalamnya mengandung doa dan pujian pada Allah.
Seperti Allahumma ighfir ly ya ghafur (Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, wahai dzat yang maha pengampun).
Atau rangkaian doa-doa yang lainnya.

Kata qunut berasal dari kata qanata yang artinya patuh dalam mengabdi (kepada Allah).
Di dalam Islam, qunut terbagi menjadi dua, sebagaimana yang dijelaskan di atas.

Pertama; qunut nazilah yaitu qunut yang dilakukan atau dibaca saat adanya bencana.
Dan dilakukan kapan saja dan shalat apa saja.

Kedua; qunut shalat yaitu qunut yang dibaca pada waktu i’tidal (berdiri setelah ruku’) setiap akhir raka’at pada shalat subuh dan shalat whitir (secara umum) karena dalam masalah qunut ini para imam dan ulama mazhab berbeda pendapat tentang pelaksanaannya.

Namun menurut penulis kitab ini, Safinah an-Najah yang bermadzhab as-Syafi’iyah tetap menganggap qunut adalah sunnah dilaksanakan.
Sedangkan hukum doa qunut itu sendiri adalah Sunnah ab’ad atau sunnah yang diperkuat.

Ada bacaan doa qunut yang pada umumnya dilaksanakan oleh umat Islam,
sebagai berikut;

اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ، وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ، فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ، وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Keenam, melaksanakan qunut dengan cara berdiri.

Ketujuh, membaca shalawat dan salam pada Nabi,
keluarganya dan para sahabatnya dalam kalimat doa qunut.

PEMBATAL SHALAT

PERKARA YANG DAPAT MEMBATALKAN SHOLAT

بسم تلله اارجمن الرحيم
فصل تبطل الصﻻة بأربع عشرة خصلة
◆ بالحدث
◆ وبوقوع النجاسة ان لم تلق حﻻ من غير حمل
◆ وانكشاف العورة ان لم تستر حاﻻ
◆ والنطق بحرفين او بحرف مفهم عمدا
◆ وبالمفطر عمدا
◆ واﻻكل الكثير ناسيا
◆ و ثﻻث حركات متواليات ولو سهوا
◆ والوثبة الفاحشة
◆ والضربة المفرطة
◆ والزدة ركن فعلى عمدا
◆ والتقدم على إمامه بركنين فعليين
◆ والتخلف بهما بغير عذر
◆ ونية قطع الصﻻة
◆ وتعليق قطعهابشئ والتردد فى قطعها

PEMBATAL SHALAT

FASLUN TABTULU ASH-SHOLAATU BI_ARBA’I ASYAROTA KHASLATAN.

◆BIL-HADATSI

◆WA BI-WUQU’IN-NAJASATI IN_LAM TULQA HALAN MIN GHOYRI HAMLIN

◆WA_NKISYAFIL-‘AURATI IN LAM TUSTAR HALAN.

◆WAN-NUTQU BI-HARFAYNI AW BI-HARFIN MAFHUMIN ‘AMDAN.

◆WABIL-FITHRATI ‘AMDAN

◆WAL-AKLUL-KATSIRU NASIYAN.

◆WATSALAASTU HARAKATIM_MUTAWALIYATIN WA LAU SAHWAN.

◆WAL-WATSABATUL-FAHISYATU

◆WAL-MADLRUBATUL-MUFRITHOTU

◆WA ZIYADATU RUKNIN FI’LIYYIN ‘AMDAN.

◆WATTAQODDAMA ‘ALA IMAMIHI BI-RUKNAYNI FI’LIYAYYNI

◆WAT-TAKHOLLUFU BIHIMA BIGHAYRI ‘UDZRIN.

◆WA NIYATU QOT’ISH-SHOLATI

◆WA TA’LIIQU QAT’IHA BI-SYAIIN
WAT-TARODDUDU FI QOT’IHA.

Perkara yang membatalkan shalat ada empat belas, yaitu:

1. Berhadats (seperti kencing dan buang air besar).
2. Terkena najis, jika tidak dihilangkan seketika, tanpa dipegang atau diangkat (dengan tangan atau selainnya).
3. Terbuka aurat, jika tidak dihilangkan seketikas.
4. Mengucapkan dua huruf atau satu huruf yang dapat difaham.
5. Mengerjakan sesuatu yang membatalkan puasa dengn sengaja.
6. Makan yang banyak sekalipun lupa.
7. Bergerak dengan tiga gerakan berturut-turut sekalipun lupa.
8. Melompat yang luas.
9. Memukul yang keras.
10. Menambah rukun fi’li dengan sengaja.
11. Mendahului imam dengan dua rukun fi’li dengan sengaja.
12. Terlambat denga dua rukun fi’li tanpa udzur.
13. Niat yang membatalkan shalat.
14. Mensyaratkan berhenti shalat dengan sesuatu dan ragu dalam memberhentikannya.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah

Ada empat belas sebab yang dapat membatalkan shalat.

Pertama, hadats.
Baik disengaja atau tidak disengaja seperti dipaksa, seumpama perut seseorang ditekan oleh orang lain sampai mengeluarkan kotoran dari pantantnya, maka tetap membatalkan shalat. Dalam hal ini ada hadits sahih sebagai landasan dalilnya, yang mengatakan bahwa :
“jika salah satu dari kalian kentut pada waktu melaksanakan shalat, maka shalatnya rusak (batal) dan hendaklah berwudhu kembali dan mengulangi melaksanakan shalat lagi.”

Kedua, kejatuhan najis jika tidak dibuang segera agar sampai tidak terbawa dalam melaksanakan shalat.
Yang dimaksud dengan najis tersebut adalah najis yang tidak dapat dimaklumi oleh syariat (la yu’fa ‘anhu).
Jika kejatuhan najis yang dapat dimaklumi syariat (yu’fa ‘anhu) maka tidak membatalkan shalat.
Baik najis itu jatuh pada baju atau pada badan seseorang yang sedang shalat.

Ketiga, terbukanya aurat yang wajib ditutupi ada waktu shalat. Terbukanya tersebut baik sebagian atau secara keseluruhan anggauta badan yang dianggap aurat, meskipun shalatnya dilakukan sendirian dalam kesunyian dari hiruk pikuk manusia. Seperti jika angin kencang menyibak gaun atau pakean yang dapat membukakan aurat seorang yang sedang shalat, maka tidak membatalkan shalatnya jika sesegera mungkin kembali menutupnya.
Tapi jika angin berulang-ulang kali menyingkap auratnya yang harus secara cepat ditutupnya kembali sekiranya seseorang yang bergerak berkali-kali demi menutupnya maka akan membatalkan shalat karena melakukan gerak berkali-kali dan berulang-ulang.

Keempat, mengucapkan secara sengaja dua huruf (meski tidak dapat difahami atau tidak mengandung makna tertentu) secara runut atau satu huruf yang dapat difahami.
Contoh satu huruf yang mengandung makna yang dapat difahami yaitu huruf Qaf, dengan mengatakan Qi, sebab Qi adalah kalimat fi’il al-amar (kata perintah) dari akar kata wiqayah yang artinya menjaga. Berarti kata qi mengandung arti “jagalah”.
Dengan demikian jika seseorang yang sedang shalat mengucapkan Qi, maka shalatnya batal.
Ada pengecualian yang tidak dapat membatalkan shalat, yaitu dehem bagi orang shalat yang sedang berpuasa yang betujuan mengeluarkan riak dan lendir, sebab jika riak dan lendir tidak dkeluarkan melalui dehem maka akan tertelannya dan itu artinya akan membatalkan shalat.
Di antara yang tidak membatalkan shalat adalah tabassum (mesem atau tersenyum).

Kelima, segala sesuatu yang membatalkan puasa akan membatalkan shalat jika disengaja melaksanakannya.
Seperti memasukkan kayu atau apa saja kedalam lubang seperti mulut atau kuping atau dubur. Sudah pasti jika seseorang makan—meski banyak—disebabkan lalai atau lupa maka tidak membatalkan puasa, tapi tetap membatalkan shalat.

Keenam, makan banyak dalam keadaan lupa atau lalai tetap membatalkan shalat.
Kecuali makan sedikit disebabkan lupa atau lalai atau tidak tahu maka tidak membatalkan shalat.

Ketujuh, tiga kali gerak secara berturut-turut meski pun dalam keadaan lupa atau lalai.
Yang dimaksud dengan gerak yang membatalkan shalat adalah gerak tubuh yang bukan gerakan yang kecil, seperti pergerakan kaki, geleng-geleng kepala, atau goyang-goyang badan. Jika gerakan yang kecil seperti gerakan jari diputar-putar atau bergaruk-garuk dengan satu jari digerak-gerakkan maka tidak membatalkan shalat.

Kedelapan, melumpatkan badan secara ekstrim.

Kesembilan, memukul secara keras.

Kesepuluh, menambah satu rukun shalat secara sengaja. Tentunya jika lupa atau lalai maka tidak membatalkan shalat.

Kesebelas, mendahului dua rukun yang bersifat pekerjaan (bagi makmum) pada imam atau mengakhiri keduanya secara sengaja.

Kedua belas, niat memutus atau keluar dari shalat.

Ketiga belas, menggantungkan pemutusan shalat dengan sesuatu. Seperti dalam hati mengatakan jika saya keluar dari shalat maka saya akan berbelanja di pasar. Atau meskipun menggantungkan pemutusan shalat dengan sesuatu yang mustahil terjadi sekalipun akan membatalkan shalat.

Keempat belas, bingung atau bimbang apakah akan keluar atau memutuskan shalat atau tidak, maka kebingungan (taraddud) ini akan membatalkan shalat. Sama halnya juga kebimbangan dalam melanjutkan shalat pun membatalkan shalat. Intinya kebimbangan antara akan memutuskan shalat atau melanjutkannya adalah membatalkan shalat.

Demikian perkara yang dapat membatalkan sholat menurut kitab Safinatun Najah,
Semoga bermanfa'at...



Wajib bagi seseorang yang mengimami

بسم الله الرحمن الرحيم

فصل الذى يلزم فيه نية اﻻمامة اربع :
الجمعة

FASLUN. AL-LADZI YALZAMU FIIHI NIYATUL-IMAMATI ARBA’UN
ALJUM'ATU
Diwajibkan bagi seorang imam berniat menjadi imam terdapat dalam empat sholat, yaitu :
Pertama, shalat Jum’at. Sebab shalat Jum’at wajib dilaksanakan secara berjamaah, yang meniscayakan adanya imam dan makmum.

والمعتدة
WALMU'ADDATU
Kedua, shalat mu’adah.
Yang dimaksud dengan shalat mu’adah yaitu shalat yang dilaksadakan dua kali seperti shalat dzuhur yang dikalsanakan dua kali, maka yang kedua adalah mu’adah, atau setelah shalat Jum’at dilaksanakan shalat dzuhur maka shalat dzuhur itu adalah shalat mu’adah.
Atau shalat sunnah yang disunnahkan dilaksanakan secara berjamaah.

والمنذرة جمعاة
WAL MANDZUROTU JAMAA'ATAN
Ketiga Menjadi imam dalam sholat Nadzar,
Yakni Sholat yang dinadzari secara berjama'ah

والمقدكة فى المطر

WA AL-MUTAQADDIMATU FIL MATHORI
Keempat, Menjadi imam shalat jamak taqdim secara berjamaah disebabkan hujan.

________
________

MAKMUM DAN IMAM

فصل شروط القدوة أحد عشر
◆ ان ﻻيعلم بطلن صﻻة امامه بحدث او غيره
◆ وان ﻻيعتقد وجوب قضاءها عليه
◆ وان ﻻيكون مأموما

وﻻ اميا
◆ وان ﻻيتقدم عليه فى الموقف
◆ وان يعلم انتقاﻻت امامه
◆ وان يجتمعا فى مسجد أو فى ثلثمائة ذرتع تقريبا
◆ وان ينوى القدوة اوالجماعة
◆ وان يتوافق نظم صﻻتهما
◆ وان ﻻيخالفه فى سنة فاحشة المخالفة
◆ وان يتابعه

FASHLUN SYURUTHUL-QUDWATI AHADA ‘ASYARA
◆ AN-LA YA’LAMA BUTHLANA SHALATI IMAMIHI BI-HADATSIN AU GHAIRIHI,
◆ WA AN-LA YA’TAQIDA WUJUBA QADLAIHA ‘ALAIHI,
◆ WA AN-LA YAKUNA MA’MUMAN
◆ WA LA UMMIYYAN,
◆ WA AN-LA YATAQADDAMA ‘ALAIHI FI AL-MAUQUFI
◆ WA AN-LA YA’LAMA INTIQALATI IMAMIHI,
◆ WA AN-LA YAJTAMI’A FI MASJIDIN AU FI TSULUTSI MIAH DZIRA’IN TAQRIBAN,
◆ WA AN YANWIYA AL-QUDWATA AU AL-JAMA’ATA,
◆ WA AN-YATAWAFAQA NADZMU SHALATIHIMA,
◆ WA AN-LA YUKHALIFAHU FI SUNATIN FAKHISYATIN AL-MUKHTALIFAH
◆ WA AN-YUTABI’AHU.

Syarat – Syarat ma`mum mengikut imam ada sebelas perkara, yaitu:
1- Tidak mengetahui batal nya shalat imam dengan sebab hadats atau yang lain nya.
2- Tidak meyakinkan bahwa imam wajib mengqadha` shalat tersebut.
3- Seorang imam tidak menjadi ma`mum .
4- Seorang imam tidak ummi (harus baik bacaanya).
5- Ma`mum tidak melebihi tempat berdiri imam.
6- Harus mengetahui gerak gerik perpindahan perbuatan shalat imam.
7- Berada dalam satu masjid (tempat) atau berada dalam jarak kurang lebih tiga ratus hasta.
8- Ma`mum berniat mengikut imam atau niat jama`ah.
9- Shalat imam dan ma`mum harus sama cara dan kaifiyatnya
10- Ma`mum tidak menyelahi imam dalam perbuata sunnah yang sangat berlainan atau berbeda sekali.
11- Ma`mum harus mengikuti perbuatan imam.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinatun-Najah
Syarat makmum ada sebelas (11).
Pertama, seorang makmum tidak tahu atau tidak menyangka terhadap batalnya shalat sang imam disebabkan hadats atau sebab yang lainnya. Dengan demikian maka tidak sah shalatnya seseorang makmum yang menyangka batal shalatnya sang imam, seperti makmum yang bermadzhab As-Syafi’i bermakmum pada imam yang yang bermadzhab Hanafi yang tidak menganggap batal shalat seseorang yang memegang farji (alat kelamin) sedangkan menurut makmum yang bermadzhab As-Syafii dianggap batal.
Sebagaimana makmum yang bermadzhab as-Syafii meyakini bahwa membaca Basmalah adalah wajib dalam surah al-fatihah bermakum pada imam yang bermadzhab Hanafi yang tidak mewajibkan membaca Basmalah dalam surah al-fatihah, maka shalatnya makmum tidak sah atau batal dan wajib mengulangi shalatnya (i’adah).

Kedua, makmum tidak menyangka atau menduga akan kewajiban qadha shalat bagi imam.
Maksudnya adalah tidak sah seseorang yang bermakmum pada seseorang yang shalatnya wajib diulang atau diqadha seperti shalatnya seorang yang bertayammum karena udara dingin.

Ketiga, seseorang yang bermakmum tidak dalam kapasitas menjadi makmum pada orang lain.
Artinya jika si A bermakmum pada si B, maka tidak sah jika si A pada saat yang sama juga bermakmum pada si C. Sebab seorang yang bersetatus menjadi makmum tidak boleh bermakmum pada orang lain.

Keempat, seseorang tidak bermakmum pada orang yang bodoh dalam masalah agama.

Kelima, seorang makmum tidak berdiri di depannya imam.

Keenam, seorang makmum harus mengetahui pergerakan atau perpindahan dari satu rukun ke rukun yang lain yang dilaksanakan sang imam.
Untuk mengetahui gerakan sang imam, makmum bisa mengetahuinya dengan melihat dengan mata kepala sendiri, atau dengan melihat bagian barisan (shaf) yang ada di depannya, atau dengan mendengera suara sang imam, atau dengan mendengar suara muballigh (penyampai suara imam).

Ketujuh, berkumpul antara makum dan imam dalam satu masjid atau tempat atau antara makum dan imam berkumpul pada tempat yang lebar atau jaraknya sekitar 300 dzirah (lengan tangan anak Adam). Artinya tidak dalam dua tempat atau ruangan yang berbeda dimana keduanya terpisah dan tersekat makmum dan imam sehingga sang makmum tidak mengetahui apa-apa atas keberadaan imam.

Kedelapan, makmum harus berniat mengikuti atau berjamaah shalat dengan sang imam.

Kesembilan, runutan shalat imam dan makmum harus seirama dan harmonis.

Kesepuluh, sang makmum tidak boleh berpaling dari pekerjaan sang imam berupa kesunahan. Seperti jika imam melaksanakan sujud tilawah maka makmum harus melaksanakannya juga.

Kesebelas, makmum harus senantiasa mengikuti seluruh gerak-gerik sang imam yang sesuai dengan syarat dan rukun shalat dan tidak bertentangan dengan tatacara shalat.
Jika sang imam telah menyimpang dari tatacara yang benar atau dari syarat dan rukun shalat, maka sang makmum wajib mufaraqah (memisahkan diri) dari sang imam.

◇◇◇◇◇☆☆☆☆☆ SAHNYA BERJAMA'AH ☆☆☆☆☆◇◇◇◇◇

بسم الله الرحمن الرحيم

[ فصل ] صور القدوة تسع
تصح غى خمس
◆ قدوة رجل برجل
◆ وقدوة إمرأة برجل
◆ وقدوة خنثى برجل
◆ وقدوة إمرأة بخنثى
◆وقدوة غمرأة بإمراة

BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIIM
FASLUN. SHUWARUL-QUDWATI TIS’UN TASIHHU FI KHOMSIN. ◆ QUDWATU ROJULIN BI-ROJULIN.
◆ WA QUDWATU IMROATIN BI-ROJULIN.
◆ WA QUDWATU KHUNTSA BI-ROJULIN.
◆ WA QUDWATU IMROATIN BI-KHUNTSA.
◆ WA QUTWATU IMROATIN BI-IMROATIN.

Ada lima golongan orang–orang yang sah dalam berjamaah, yaitu:
1- Laki –laki mengikut laki – laki.
2- Perempuan mengikut laki – laki.
3- Banci mengikut laki – laki.
4- Perempuan mengikut banci.
5- Perempuan mengikut perempuan.

وتبطل فى اربع
◆ قدوة رجل بإمرأة
◆ وقدوة رجل بخنثى
◆ وقدوة خنثى بغمرأة
◆ وقدوة خنثى بخنثى

WA TABTHULU FI ARBA’IN.
◆ QUDWATHU ROJULIN BI-IMROATIN.
◆ WA QUDROTU ROJULIN BI-KHUNTSA.
◆ WA QUBROTU KHUNTSA BI-IMRAATIN.
◆ WA QUDROTU KHUNTSA BI-KHUNTSA.

Ada empat golongan orang – orang yang tidak sah dalam berjamaah, yaitu:
1- Laki – laki mengikut perempuan.
2- Laki – laki mengikut banci.
3- Banci mengikut perempuan.
4- Banci mengikut banci.

Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah
Gambaran bermakmum yang dimungkinkan dan sesuai dengan aturan syairat Islam ada sembilan (9),
yang kelima (5) dianggap sah dan yang empat dianggap tidak sah.

Adapun yang lima gambaran yang dianggap sah shalat dan jama’ahnya yaitu
Pertama, bermakumnya laki-laki pada sang imam yang juga laki-laki.

Kedua, perempuan bermakmum pada imam dari golongan laki-laki.

Ketiga, Banci (khuntsa) yang memiliki dua jenis kelamin bermakmum pada imam dari golongan laki-laki.

Keempat, perempuan bermakmum pada imam dari golongan khuntsa (manusia yang memiliki dua jenis kelamin). Dan

kelima, perempuan bermakmum pada golongannya sendiri yaitu perempuan.

Sedangkan empat gambaran bermakmum yang dianggap tidak dapat disahkan dan dibenarkan yaitu
Pertama, laki-laki bermakmum pada imam dari golongan peremuan.

Kedua, laki-laki bermakmum pada imam dari golongan khuntsa (banci yang berkelamin dua).

Ketiga, khuntsa (banci yang berkelamin dua) bermakmum pada imam dari golongan perempuan.

Dan keempat, khuntsa bermakmum pada imam dari golongannya sendiri yaitu khuntsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar