Sabtu, 28 Mei 2016

Dzikir ba'da sholat fardhu


I. Sumber-sumber Kitab Membaca Wirid Dan Doa Setelah Shalat

1. Dalam kitab Al-Majmu’ karya Imam An-Nawawi juz III halaman 465-467 disebutkan bahwa Imam Asy-Syafi’i dan para sahabatnya serta ulama-ulama lainnya sepakat bahwa dzikir sesudah shalat itu disunatkan.

Hal itu berlaku bagi imam, makmum, orang yang shalat munfarid (sendirian), baik laki-laki atau perempuan, musafir, dan lain-lain.
Disepakati pula bahwa berdoa setelah salam shalat juga disunahkan secara bersama-sama. Dalam kitab Al-Adzkar karya Imam An-Nawawi disebutkan bahwa sahabat Ibnu Abbas menjelaskan

إِنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِيْنَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ اْلمَكْتُوْبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Mengeraskan suara dzikir sesudah shalat maktubah dapat ditemui pada masa Rosululloh saw.” (lihat pula Shohih Muslim : 652, Sunan An Nasai : 1171, Sunan Abu 
Dawud : 851.

Sahabat Ibnu Abbas berkata

كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوْا بِذَالِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ
Artinya: “saya mengetahui ketika orang-orang selesai shalat dan ketika itu saya mendengarnya.” (lihat kitab Al–Adzkar karya Imam An-Nawawi hlm. 98)

2. Masih dalam kitab Al-Majmu’ karya Imam An-Nawawi juz III halaman 469-470 disebutkan

وَهَكَذَا قَالَ أَصْحَابُنَا: إِنَّ الذِّكْرَ وَالدُّعَاءَ بَعْدَ الصَّلاَةِ يُسْتَحَبُّ أَنْ يُسِرَّ بِهِمَا، إِلاَّ أَنْ يَكُوْنَ إِمَامًا يُرِيْدُ تَعْلِيْمَ النَّاسِ فَيُجْهِرُ لِيَتَعَلَّمُوْا، فَإِذَا تَعَلَّمُوْا وَكَانُوْا عَالِمِيْنَ أَسَرُّوْهُ.
قَالَ النَّوَوِيُّ : …. وَ يُسْتَحَبُّ أَنْ يُقْبِلَ عَلَى النَّاسِ فَيَدْعُوْ
Artinya : “Demikianlah para sahabat kami berkata, bahwa dzikir dan doa seusai salam dalam shalat, disunatkan dibaca sirri kecuali bagi imam yang bermaksud membimbing jamaahnya supaya mengamalkannya maka supaya mengeraskan bacaannya, apabila mereka telah mampu melakukannya, maka ia melirihkan bacaannya”.
Imam Nawawi menambahkan : “Bagi imam disunahkan menghadap kepada jamaah lantas membaca doa“.

3. Dalam kitab Al-Umm karya Imam Asy-Syafi’i juz I hlm. 150 disebutkan

إِلاَّ أَنْ يَكُوْنَ إِمَامًا يُحِبُّ أَنْ ِيُتَعَلَّمَ مِنْهُ فَيُجْهِرُ حَتَّى يَرَى أَنَّهُ قَدْ تَعَلَّمَ مِنْهُ, ثُمَّ يُسِرُّ.فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُوْلُ: “وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَالِكَ سَبِيْلاً”. (سورة الإسراء : ١١٠)
“Kecuali bagi imam yang ingin mendidik jamaahnya, maka ia dapat men-jahr-kan (mengeraskan suara dzikir tersebut) sampai ia melihat para jamaahnya telah dapat melakukan hal itu dengan sendirian, maka kemudian imam men-sirri-kan (melirihkan) dzikirnya. Karena Allah berfirman : “Dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam shalat dan jangan pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu 
 (QS. Al-Isro’ : 110)

4. Akan tetapi menurut kitab Bughyatul Mustarsyidin halaman 48 : Dzikir secara Jahr adalah lebih utama

الذِّكْرُ كَاْلقِرَاءَةِ مَطْلُوْبٌ بِصَرِيْحِ اْلآيَاتِ وَالرِّوَايَاتِ, وَالْجَهْرُ بِهِ حَيْثُ لَمْ يَخَفْ رِيَاءً وَلَمْ يُشَوِّشْ عَلَى نَحْوِ مُصَلٍّ أَفْضَلُ. ِلأَنَّ اْلعَمَلَ فِيْهِ أَكْثَرُ وَيَتَعَدَّى فَضِيْلَـتُهُ لِلسَّامِعِ وَ ِلأَنـَّهُ يُوْقِظُ قَلْبَ اْلقَارِئِ وَيُجْمِعُ هَمَّهُ لِلْفِكْرِ وَيُصْرِفُ سَمْعَهُ إِلَيْهِ وَيَطْرُدُ النَّوْمَ وَيَزِيْدُ فِي النَّشَاطِ إلخ.
“Sebagaimana membaca ayat-ayat Al-Qur’an, berdzikir kepada Allah juga diperintahkan berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an maupun riwayat-riwayat secara tegas. Membaca dzikir secara jahr selama tidak dikhawatirkan terjerumus riya’ (pamer) dan tidak mengganggu orang shalat, maka hal itu lebih utama. Karena pengamalan secara jahr lebih banyak dan lebih luas fadhilah dan keutamaannya bagi yang mendengar, dan lebih membangkitkan hati si pembaca, lebih memfokuskan himmah bertafakkur, dan mengkonsentrasikan pendengaran, mengusir kantuk dan menambah semangat.”

5. Dalam kitab Irsyadul Ibad Disebutkan

وَاْلأَفْضَلُ جَعْلُ يَمِيْنِهِ إِلَى اْلمَأْمُوْمِيْنَ وَيَسَارِهِ إِلَى الْقِبْلَةِ …. وَلَوْ فِي الدُّعَاءِ.
“Yang utama bagi imam adalah menjadikan para makmumnya disebelah kanannya dan arah Qiblat di sebelah kirinya, walau waktu berdoa”.

II. ADZKAR, WIRIDAN DAN DO’A YANG DIANJURKAN

A. Bacaan yang dianjurkan banyak sekali, dengan urutan keutamaan sebagai berikut

1. Yang diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an
Dalam kitab Al-Anwarus Saniyyah (syarh Ad-Durorul Bahiyyah) disebutkan :
وَلِكَوْنِ اْلقُرْآنِ مُتَعَبَّدًا بِلَفْظِهِ، أُثِيْبَ قَارِئُهُ وَإِنْ لَمْ يَفْهَمْ مَعْنَاهُ، بِخِلاَفِ الذِّكْرِ فَلاَ بُدَّ أَنْ يَعْرِفَهُ.
“Dan karena ayat-ayat Al-Qur’an itu bernilai ibadah walau sekedar membaca lafadznya, maka si pembacanya sudah diberi pahala walau tidak tahu artinya. Berbeda dengan dzikir selain Al-Qur’an maka harus tahu artinya”.

2. Yang diambil dari hadits-hadits Nabi saw.

3. Yang diambil dari Qoulus Shohabat dan tuntunan Ulama sholihin.

B. Di antara hadits-hadits Nabi saw yang menerangkan tentang adzkar / wiridan sesudah shalat dan yang kebanyakan diamalkan oleh umat Islam adalah sebagai berikut

1. Membaca Istighfar 3 kali. Rosululloh saw bersabda :
“مَنِ اسْتَغْفَرَ اللهَ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ : “أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِيْ لاَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ اْلقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ”, غُفِرَتْ ذُنُوْبُهُ وَإِنْ كَانَ قَدْ فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ, وَيَزِيْدُ فِيْهِ “اْلعَظِيْمَ” بَعْدَ الصُّبْحِ وَاْلمَغْرِبِ”(أَخْرَجَهُ ابْنُ السُّنِّيِّ وَأَبُوْ يَعْلَى عَنِ اْلبَرَاءِ) (إِرْشَادُ الْعِبَادِ)
“Barangsiapa beristighfar sesudah shalat 3 kali (dengan membaca Astaghfirullohalladzii lailaha illa huwa…dst) maka diampuni dosa-dosanya walaupun melarikan diri dari barisan peperangan. Setelah shalat subuh dan maghrib ditambah “’al‘Adzim” (jadinya Astaghfirullohal’Adzim)”. (HR. Ibnus Sunni dan Abu Ya’la dari Al-Baro’) [Lihat Irsyadul ‘Ibad, hlm. 20.]

2. Membaca

لاَ اِلَهَ ِالاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ ×١٠
وَيَزِيْدُ فِيْهَا: “يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ” بَعْدَ الصُّبْحِ وَاْلعَصْرِ وَاْلمَغْرِبِ.
Imam Ar Rofi’i meriwayatkan sabda Nabi : “Ketika kamu sholat fardlu ucapkanlah setelah selesai shalat : lailaha illalloh …dst, maka ditulis pahalanya seperti memerdekakan budak. setelah subuh, ashar dan maghrib ditambah Yuhyii wa yumiitu biyadihil khoiru. (lihat kitab Irsyadul Ibad, hal. 20)

Dalam kitab al Husunul Mani’ah, hlm. 7, karya Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al Maliki al Hasani, menyebutkan bahwa Nabi saw bersabda

إِنَّ مَنْ قَالَهُ إِذَا أَصْبـَحَ عَشْرَ مَرَّاتٍ كُتِبَ لَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ وَمُحِيَ ِبِهنَّ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ، وَرُفِعَ لَهُ ِبهِنَّ عَشْرُ دَرَجَاتٍ، وَكُنَّ لَهُ عَدْلَ عِتْقِ اَرْبَعِ رِقَابٍ، وَكُنَّ لَهُ حَرْسًا حَتَّى يُمْسِيَ. وَمَنْ قَالَهَا إِذَا صَلَّى الْمَغْرِبَ دُبُرَ صَلاَتِهِ فَمِثْلُ ذَلِكَ حَتَّى يُصْبِحَ.
“Barang siapa yang membacanya setiap pagi (ba’da shubuh) 10 kali, dia akan diberi pahala 10 kebaikan dan dihapus 10 keburukan, dan diangkat 10 derajat kebaikan. Dan dengan membacanya akan diberi imbalan sebanding dengan membebaskan 4 orang budak, akan menjadi penjaga baginya sampai sore harinya. Dan barang siapa membacanya setelah shalat maghrib, seperti tersebut di atas hingga shubuh.”

3. Membaca

لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. ×١
“Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung.”

Dalam sebuah hadits disebutkan

لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ … دَوَاءٌ مِنْ تِسْعَةٍ وَتِسْعِيْنَ دَاءٍ أَيْسَرُهَا اْلهَمُّ. (رَوَاهُ ابْنُ أَبِى الدُّنْيَا عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ)
“Laa haula walaa quwwata illaa billah .., itu merupakan obat dari 99 penyakit, sedang yang termudah dapat menghilangkan penyakit kesusahan.(HR. Ibnu Abi Dunya dari Abu Huroiroh).

Demikian pula disebutkan dalam kitab al Husunul Mani’ah, hlm. 19, karya Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al Maliki al Hasani, menyebutkan mengenai kemanfaatan bagi orang yang suka membaca Hauqolah, antara lain :
Menghilangkan kesedihan.Merupakan tanaman surga yang kelak dipetiknya sendiri.Merupakan obat dari segala macam penyakit.Menjaga kenikmatan.Dijauhkan dari kemiskinan.

4. Membaca

اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ ذَالْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ.
Hadits riwayat Imam Muslim (931) yang bersumber dari Tsauban, meriwayatkan bahwa Nabi saw, setiap habis shalat selalu membaca do’a tersebut :
Isinya adalah kalimat do’a keselamatan dan berkah kepada Allah dengan menyebutkan salah satu Asma’ul husna, yaitu as-Salam.

5. Membaca surat al Fatihah.

6. Membaca surat al Baqoroh ayat 163.

وَاِلَهُكُمْ اِلَهٌ وَاحِدٌ لآ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ.
Imam At Tirmidzi (3400) meriwayatkan dari Asma’ binti Yazid bahwa Nabi saw bersabda : “Asma Allah yang paling agung terdapat dalam 2 ayat ini (Wailahukum ilahun wahid…, Al Baqarah : 163) dan (alif lam mim Allahu lailaha illa huwa…, QS. Ali Imron :1).

7. Kemudian membaca Ayat Kursy (Surat Al Baqoroh ayat 255).

8. Lalu membaca surat Ali ‘Imron ayat 18 – 19

شَهِدَ اللهُ اَنَّهُ لآ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ وَاْلمَلآئِكَةُ وَأُولُوالْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ. لآ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ. اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللهِ اْلإِسْلاَمِ.

 9.Lalu Surat Ali ‘Imron ayat 26 – 27 

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَآء ُوَتَنْـزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَآءُ، وَتُذِلُّ مَنْ تَشَآءُ، بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ. تُوْلِجُ اللَّيْلَ فِى النَّهَارِ وَتُوْلِجُ النَّهَارَ فِى اللَّيْلِ، وَتُخْرِجُ اْلحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ. وَتَرْزُقُ مَنْ تَشآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ.
Disebutkan pula dalam kitab Irsyadul Ibad hlm. 20 ,Hadits Nabi Riwayat Al Harits bin Umar dari Rosululloh bersabda

اِنَّ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَآيَةَ الْكُرْسِيِّ وَشَهِدَ اللهُ اِلَى اْلإِسْلاَمِ. وَقُلِ اللَّهُمَّ اِلَىحِسَابٍ، مُعَلَّقَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ. قُلْنَ يَا رَبِّ أَتُهْبِطُنَا اِلَى أَرْضِكَ وَاِلَى مَنْ يَعْصِيْكَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : ِبْي حَلَفْتُ لاَيَقْرَأُكُنَّ أَحَدٌ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ اِلاَّ جَعَلْتُ الْجَنَّةَ مَثْوَاهُ عَلَى مَاكَانَ فِيْهِ. وَأَسْكَنْتُهُ خَطِيْرَةَ الْقُدْسِ وَنَظَرْتُ اِلَيْهِ بِعَيْنِي الْمَكْنُوْنَةِ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ سَبْعِيْنَ مَرَّةً وَقَضَيْتُ لَهُ كَلَّ يَوْمٍ سَبْعِيْنَ حَاجَةً، وَأَدْنَاهَا اْلمَغْفِرَةُ وَأَعَذْتُهُ مِنْ كُلِّ عَدُوٍّ وَحَاسِدٍ وَنَصَرْتُهُ.
Artinya :
“Sesungguhnya surat Al-Fatihah, ayat kursi, ayat : syahidAllahu Sampai kata al-Islam, dan ayat: Qulillahumma sampai kata Hisab. Tergantung (di ‘Arsynya Allah) di mana antara bacaan-bacaan tersebut dengan Allah tidak terbatasi hijab. Bacaan-bacaan tersebut berkata kepada Allah : “Wahai Tuhanku, apakah Engkau akan menurunkan kami ke bumiMu dan kepada orang-orang yang bermaksiyat kepadaMu?”. Allah berfirman :” Demi Diriku Aku bersumpah, tidaklah seseorang membaca kalian setelah shalat kecuali Aku jadikan sorga sebagai tempatnya, dan Aku tempatkan dia di hadhirotul qudsi (pagar kesucian = nama suatu tempat di sorga), dan Aku melihatnya dengan “MataKu” yang tersembunyi setiap hari 70 kali, dan Aku kabulkan hajatnya setiap hari 70 hajat dimana hajat yang paling ringan adalah maghfiroh-Ku, dan Aku lindungi serta Aku beri kemenangan dia dari setiap musuh dan orang yang hasud.”

10. Kemudian membaca Tasbih 33 kali, Tahmid 33 kali, Takbir 33 kali.

Hadits dari Abu Huroiroh menjelaskan bahwa Rasulullah saw bersabda :
مَنْ سَبَّحَ اللهَ ِفيْ دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ وَحَمِدَ اللهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ وَكَبَّرَ اللهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ وَقَالَ عَام اْلمِائَةِ : لآ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ الخ .. غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَاِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ. (رواه مسلم)
“Barang siapa yang membaca tasbih di tiap-tiap habis menjalankan shalat (fardlu) 33 kali, membaca tahmid 33 kali, membaca takbir 33 kali, dan supaya genap 100 kali dia membaca :
لآ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ. لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ.
Maka dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah walaupun sebanyak bilangan buih lautan. (HR. Muslim : 939).

11. Kemudian membaca tahlil 

قَالَ ابْنُ زُبَيْرٍ : وَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُهَلِّلُ بِهِنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ. – رواه مسلم
“Sahabat Ibnu Zubair meriwayatkan bahwa Nabi saw membaca tahlil dan membaca lal ilaaha illAllah sehabis shalat. (HR. Muslim : 935, Nasa i : 1322, Abu Dawud : 1288).

III. KEUTAMAAN MEMBACA AYAT-AYAT AL QUR’AN UNTUK WIRID TERSEBUT.
A. Keutamaan membaca Ayat Kursy.

1. Memudahkan jalan masuk surga.
Hadits dari Abu Umamah r.a., Nabi saw bersabda :
مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ لَمْ يَمْـنَعْهُ مِنْ دُخُوْلِ اْلجَـنَّةَ اِلاَّ اْلمَوْتُ. (رواه النسائي وابن حبان والطبراني
“Barang siapa membaca ayat Kursi setelah selesai shalat, maka tak ada yang akan menghalanginya masuk sorga kecuali mati”. (HR. Nasa’I, Ibnu Hibban dan Thobroni).[lihat Bulughul Marom : 58]

2. Supaya selalu dalam lindungan Allah swt.
Hadits dari Ali r.a, bahwa Nabi bersabda :
مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ ِفيْ دُبُرَ كُلِّ الصَّلاَةِ اْلمَكْتُوْبَةِ كَانَ فِيْ ذِمَّةِ اللهِ اِلَى الصَّلاَةِ اْلأُخْرَى. (رواه الطبراني بإسناد حسن
“Barang siapa yang membaca ayat kursi setiap selesai shalat fardlu, maka ia berada dalam lindungan Allah sampai datangnya shalat yang lain. (HR. Thobroni dengan sanad yang hasan).

B. Keutamaan membaca surat Al Fatihah 

1. Setiap huruf yang diucapkan mengandung pahala.
Hadits riwayat Muslim : 1339 dari Ibnu Abbas r.a. bahwa “Setiap huruf yang diucapkan dalam surat al Fatihah selalu mengandung pahala bagi setiap yang mengucapkannya”.

2. Hadits riwayat Abdul Malik bin Umair bahwa Nabi saw bersabda :
ِ.فيْ فَاتِحَةِ الْكِتَابِ شِفَآءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ
“Di dalam al Fatihah terdapat obat dari segala macam penyakit”. (Ad Darimi : 3236)

3. Juga dalam hadits yang lain :
اَلْفَاتِحَةُ لِمَا قُرِئَتْ لَهُ.
“Surat al Fatihah untuk apa saja, ia punya maksud dalam membacanya”.

4. Sabda Nabi :
فَاتِحَةُ الْكِتَابِ يَعْدِلُ بِثُلُثَى الْقُرْآنِ.
“Al Fatihahnya Al Qur’an itu pahalanya 2/3 al Qur’an”. (Mujarobat ad Daerobi)

C. Faedah membaca surat Ali ‘Imron ayat 18 :
شَهِدَ اللهُ اَنَّهُ لآ اِلهَ اِلاَّ هُوَ …….اِلاَّهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ.
Adalah sebagai obat atau supaya tidak ditimpa penyakit. (lihat Risalah Do’a, H. Ja’far Sabran)

D. Faedah membaca Surat Ali ‘Imron ayat 26-27
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ ………إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.
Sabda Nabi kepada Sayyidina Mu’adz bin Jabal sewaktu ia tertimpa hutang yang banyak : “Aku ajarkan kepadamu dua buah ayat (Surat Ali ‘Imron ayat 26-27), apabila kamu amalkan dengan rajin, maka Allah akan memperluas rejekimu untuk membayar hutangmu, meskipun hutang itu sebesar gunung banyaknya. Setelah itu Sayyidina Mu’adz bin Jabal mengamalkan ayat tersebut menjadi wiridan, akhirnya dia mendapat rezeki yang luas dalam usahanya dan dapat membayar semua hutang-hutangnya”. (HR. Ath Thobroni) *)

IV. KESIMPULAN DAN PENUTUP
1. Setelah shalat disunnahkan membaca dzikir dan doa.
2. Keras atau pelannya dzikir bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Dianjurkan untuk memperbanyak dzikir dan amal sholih.
*)Lihat Syaroful Ummah Al Muhammadiyyah, karya As Syyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani, cet. Ketiga, tahun 1990, hlm. 184.

1 komentar: